Diposkan pada umum

Foto Cimenyan Kekeringan

 

Saat membuka dokumen-dokumen lama, saya menemukan beberapa deretan foto lawas. Delapan foto  ini merupakan dokumentasi perjalanan saya. Saya ingat, waktu pindah dari Jakarta ke Bandung tahun 2007 silam; berkeliling di kawasan Bandung Raya. Setelah menjelajahi kawasan Ciwidey dan Lembang, saya memasuki kawasan Utara Kota Bandung, tepatnya di Kecamatan Cimenyan, Kab.Bandung. Saat itu bulan Oktober 2008, biasanya musim hujan, tapi sedang dililit kemarau panjang. Perbukitan Cimenyan pun merangas seperti yang kita lihat. Lanjutkan membaca “Foto Cimenyan Kekeringan”

Diposkan pada Personal

Iklan dalam Kolam dan Kolam Judi

kolamSetiap keliling di dusun-dusun pelosok di perbukitan utara Kab.Bandung, saya sering menjumpai air mengalir; sebagian lepas di kali atau selokan, sebagian melewati kolam ikan. Sebagian kolam ikan itu milik petani biasa, sebagian lagi milik orang yang berbisnis. Lanjutkan membaca “Iklan dalam Kolam dan Kolam Judi”

Diposkan pada Personal, umum

Civic-Islam Lalu Civic-Jurnalisme

writing-history-credit-union-stlouisTulisan ini sebagai catatan pembuka tentang kajian Civic-Jurnalisme dalam konteks ke-Islaman. Berangkat dari gagasan gerakan pemikiran dalam ruang lingkup diskursus Civic-Islam. Moga-moga nanti bisa mendorong kajian yang lebih detail lebih lanjut.

Istilah civic sudah menjadi khazanah pengetahuan politik, yang titik fokusnya membahas masalah kewargaan dan masalah hubungan antara warga dengan negara (kewarganegaraan). Lanjutkan membaca “Civic-Islam Lalu Civic-Jurnalisme”

Diposkan pada Personal, umum

Wajah Islamisme Kota

artikel civic islam sinar harapanDalam sebuah negara modern berhaluan demokrasi, “warga agama” kedudukannya sama sebagai “warga negara”. Namun, kenyataannya selalu ada kelompok tertentu yang ingin mencoba menjadikan agama sebagai identitas publik; bahkan sering menyeruak masuk mendesakkan kepentingan atas nama agama, atau lebih tepatnya memaksakan kepentingan kelompok (agama)-nya. Hal tersebut bukan terjadi di kawasan pedesaan, melainkan kawasan modern perkotaan. Lanjutkan membaca “Wajah Islamisme Kota”

Diposkan pada Personal, umum

Tragedi Pemikiran Umat Islam

SH tragediADA dua tragedi dalam umat Islam saat ini. Pertama, tragedi peperangan fisik. Di antara bangsa muslim di Timur Tengah terus-menerus dilanda perang sesama Islam. Fanatisme kesukuan yang dulu dipangkas oleh Nabi Muhammad Saw rupanya sekarang berkembang lagi dan mengakibatkan pertumpahan darah di mana-mana.

Jenis lainnya, adalah tragedi pemikiran. Kasus ini secara nyata merujuk pada realitas kehidupan muslim di Indonesia. Belakangan banyak muncul pemikiran muslim model keras, Lanjutkan membaca “Tragedi Pemikiran Umat Islam”

Diposkan pada Personal, umum

Civic Islam sebagai Solusi Islam-Indonesia

 

peserta 1Rasanya, perlu saya menulis tentang Civic-Islam ini sebagai bagian penting dari dunia intelektual muslim Indonesia. Tulisan ini merupakan pembuka wacana untuk mahasiswa (pergerakan) Islam Indonesia dan para santri. 

Prolog

Civic-Islam lahir sebagai konsepsi pemikiran dan aksi di bidang keilmuan sosial-politik. Tema paling mendasar adalah membahas masalah kewargaan dan kewarganegaraan dalam ruang lingkup kajian ke-Islaman dan ke-Indonesiaan sekaligus.  Lanjutkan membaca “Civic Islam sebagai Solusi Islam-Indonesia”

Diposkan pada Personal

Paradigma Civic Islam Indonesia:

Slide5MEMAHAMI DASAR CIVIC-ISLAM:
Imajinasi umat Islam terkonsentrasi pada idealitas upaya membangun keluarga. Slogannya idealitasnya adalah keluarga sakinah. Imajinasi ke-2 adalah daulah/negara. Memang tidak semua politisi muslim mengidamkan daulah Islamiah, melainkan bisa juga memilih jalan republik. Tapi yang jelas, dua imajinasi inilah yang bersemayam dalam otak (bahkan berada dalam bawah sadar para politisi muslim). Lanjutkan membaca “Paradigma Civic Islam Indonesia:”

Diposkan pada Personal, umum

Keberangkatan Civic-Islam Indonesia

civic Islam KAAMemasuki Civic-Islam-Indonesia

Civic Islam. Cara memahami secara mudahnya sebagai kewargaan Islam. Civic Islam dalam pengertian seperti itu tentu saja sebatas pengertian harafiah. Sebagaimana pernah saya tuliskan dalam tulisan berjudul “Memahami Civic Islam” di http://civicislam.blogspot.com/2015/03/mengenal-civic-islam-indonesia.html, penjelasannya Civic Islam bisa dirunut dari akar kata civic, dan kemudian terkait dengan Islam, termasuk terhubung dengan civic-virtue. Lanjutkan membaca “Keberangkatan Civic-Islam Indonesia”

Diposkan pada Personal, umum

Melihat Bangsa dari Lukisan

oksigen hanafi
Pelukis Hanafi Muhammad berpose di Galeri Soemardja ITB

Apa hubungannya lukisan dengan sebuah bangsa? Adakah itu? Pertanyaan ini barangkali terlalu naif untuk diajukan. Tetapi amat mudah mengkaitkan jika kita punya “benang” untuk merajutnya. Apalagi pada lukisan-lukisan Hanafi Muhammad yang memang selalu memiliki sikap responsif terhadap realitas sosial.

Pada pameran lukisan yang akan digelar 17 April-17 Mei 2015 di Galeri Soemardja ITB Bandung, ia usung tema “Oksigen Jawa”. Kata Oksigen sudah mengkonotasi dengan realitas buruk alam di pulau Jawa akibat kerusakan ekologi. Adapun Jawa, Lanjutkan membaca “Melihat Bangsa dari Lukisan”

Diposkan pada Personal, ulasan buku

Garis Bawah Tiga Novel Remy Sylado (Filsafat, Sinologi, Javanologi dalam Fiksi)

novel laris novel bermutu remy sylado
Ketiga Novel Remy Sylado. Filsafat, Sinologi dan Javanologi

Melalui tulisan ini, saya ingin menggarisbawahi bahwa sebuah novel merupakan sarana. Sebagai sarana ia memungkinkan membuka diri pada banyak hal untuk masuk di dalamnya. Novel merupakan tempat di mana para penulis menyampaikan maksud/kehendak menuturkan, menjelaskan tentang pemikirannya meliputi pola-pikir, asumsi, paham, ajaran, ideologi, termasuk kepentingan-kepentingan tertentu. Lanjutkan membaca “Garis Bawah Tiga Novel Remy Sylado (Filsafat, Sinologi, Javanologi dalam Fiksi)”

Diposkan pada ulasan buku

Setelah Filsafat dan Sinologi, Kini Javanologi dalam Fiksi.

Perempuan Bernama Arjuna 3 (1)Yang Silam dari Peradaban Jawa
 Kembali kita berjumpa dengan novel karya sang Maestro Indonesia, Remy Sylado.
Setelah novel sebelumnya sukses menyapa pembaca melalui FILSAFAT DALAM FIKSI  (panjang lebar mengulas sejarah filsafat Barat dan filsafat Timur) kemudian berlanjut  novel SINOLOGI DALAM FIKSI (rangkaian sejarah hubungan orang-orang  Cina di Indonesia), kali ini JAVANOLOGI DALAM FIKSI (ulasan pemikiran, sejarah dan tamadun bangsa Jawa).

Lanjutkan membaca “Setelah Filsafat dan Sinologi, Kini Javanologi dalam Fiksi.”

Diposkan pada Personal

Memikirkan Fundamental “Kurikulum” Sekolah Civic-Islam untuk Mahasiswa

Dua Materi Fundamental dalam Sekolah Civic-Islam

Sekolah Civic-Islam sebagai sarana memenuhi kebutuhan diskursus Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan bagi generasi muda Islam nantinya akan berisi materi-materi sejarah, sosiologi, filsafat, ekonomi-politik, Gender,Hukum, HAM dan lain sebagainya. Di atas pengetahuan kritis tersebut, ada dua materi yang akan menjadi kajian penting dengan mendiskusikan secara mendasar hubungan Manusia dengan Agama. Start pemikiran dimulai dari pertanyaan: “Apa gunanya agama?” dan Kedua “Untuk Siapa Islam Itu?”

Dari kedua pertanyaan ini, nanti akan menukik pada diskursus tentang makna agama bagi manusia. Mengapa umat beragama sering menampakkan anomali karena di satu sisi agama penganjur kebaikan tetapi fakta di lapangan terdapatbanyak bukti kejahatan yang muncul dari umat beragama. Mengapa itu terjadi?

Untuk siapa sebenarnya Islam itu? Untuk diri individu, keluarga,sesama golongan atau kebaikan bersama meliputi dimensi kemanusiaan dan kesemestaaan? Bagaimana pula strategi gerakan agar agama mewajah selarasdengan spirit esensialnya, selaras dengan perkembangan zaman, selaras dengan hakikat kemanusiaan?

Pada arus yang lebih maju, nanti diskusi akan mengambilstudi pemikiran pada konteks ide-ide politik. Konsepsi Civic-Islam, atau studi konsepsional tentang kewargaan dengan cara pandang khas Civic-Islam akan menjadi fokus kajian yang mendalam sebagai jawaban atas kegagalan Islam-Politik.

KATA-KATA KUNCI UMUM yang penting dipahami dalam memasuki studi Civic-Islam meliputi, Eskapisme, Radikalisme, Liberalisme, Komunitarianisme, Republikanisme, Kapitalisme, Sosialisme, Plutonomi, Plutokrasi, Marxisme,Marhaenisme, Eskapisme, Islamisme, Doktrin, Ritualisme, Civic-virtue, Civil-Society,Peradaban, Tamadun, tauhid, Teologi, Syariah, Hukum, HAM, Akhlak, Adab,Karakter,Budi-pekerti, Civilization, Citizenship, Civic-Education, Social-Citizenship, Political-Citizenship, Economic-Citizenship, Masjid, Pasar, Ruang Publik, Negara, Imamah,Khilafah, Daulah-Islamiyah, Wahabi, Sunni, Syiah, Mu’tazilah, Jabariah,Qadariah, Harakah, Tarbiah, Kampus, Santri, Kewargaan, Kemasyarakatan, Ulama-Ummah, Engagement, Spirit, Spiritualitas, Strategi, Aksi, Gerakan,basis, mustad’afin, iman, kafir, munafik, Intelektual-Organik, Cendekia, Pribumisasi, Inklusivitas ,Moderat, Altruisme, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Yahudi,Kristen, Protestan, Buddha, Konghucu, dan lain sebagainya.[Faiz Manshur]

#civiceducation #civicislam #kewargaan #pendidikankewargaan #Islamindonesia

Diposkan pada Personal

Corak Baru Gerakan Intelektual islam

the-enlightenment-foldable-assessment-1-16-728Lama saya tak bertemu dengan AE Priyono. Di kantor LP3ES Pejaten Jakarta (Senin 29 Desember 2014), kami berbincang cukup lama. Saya mengenal Mas AE sudah lumayan lama, dia bukan tipikal murni peneliti, sekalipun dunia penelitian sudah mendarah daging sejak lama– sehingga selalu ada celah untuk “sepakat secara cepat” mengerjakan sesuatu untuk urusan sosial-kemasyarakatan, Lanjutkan membaca “Corak Baru Gerakan Intelektual islam”

Diposkan pada Personal

Catatan 13 Oktober Bersama Remy Sylado

Senin, 13 Oktober 2014, saya menyempatkan waktu buat Om Remy Sylado. Seperti biasanya, setiapkali ada acara ke Bandung, ia selalu menyempatkan mampir ke Kantor Penerbit Nuansa Cendekia, atau jika tidak singgah ke kantor, biasanya kami jalan-jalan bareng, makan bersama dan tentu yang lebih penting dari itu adalah bincang tentang keilmuan.

Remy Sylado di Kantor Nuansa Cendekia Bandung
Remy Sylado berfoto bareng dengan karyawan percetakan Nuansa Cendekia bandung
Remy Sylado berfoto bareng dengan karyawan percetakan Nuansa Cendekia Bandung

Lanjutkan membaca “Catatan 13 Oktober Bersama Remy Sylado”

Diposkan pada Personal

Catatan Oktober 2014

template webs copy (2)Hari-hari di bulan Oktober ini saya sedang berpikir serius untuk menyatukan tiga komponen penting untuk keperluan menghidupkan aktivitas jangka panjang yang mampu menjadi tumpuan puluhan orang. Tiga komponen tersebut adalah 1) Sumber Daya Manusia dalam sebuah perusahaan (yaitu Penerbitan Buku Nuansa Cendekia), tempat saya beraktivitas. 2) Terobosan bisnis. 3) Gerakan komunitas. Lanjutkan membaca “Catatan Oktober 2014”

Diposkan pada Personal, umum, Uncategorized

SETELAH PUTUSAN MK

faizSetelah putusan sidang Mahkamah Konsitusi (MK), saya menyempatkan mengintip komentar-komentar politik Pilpres ke kubu Prabowo melalui akun fesbuk dan twitter, dan tentu saja membaca berita-berita resmi media massa.

Seperti apa pendapat mereka? Dugaan saya sebelumnya, kubu Prabowo-Hatta akan memilih diam dan mencukupkan diri pada sebuah keputusan yang final, menerima kenyataan secara “legowo”, sebagaimana slogan Prabowo yang selama ini sering disampaikan. Lanjutkan membaca “SETELAH PUTUSAN MK”

Diposkan pada Personal, umum

Memahami Riset Gunung Padang

Hal yang baru dan di luar dugaan seringkali menimbulkan skeptisisme. Sebagai “orang awam” perlu cara tersendiri menyikapinya.

 Andi Arief itu nekad. Bisa-bisa nasibnya seperti Mantan Menteri Agama, Said Aqil Munawwar yang tragis mengalami kegagalan karena percaya mistik menggali harta karun. Kenyataan berkata lain….

Bagian atas Gunung Padang (Foto Andy Yoes)
Bagian atas Gunung Padang (Foto Andy Yoes)

Berbeda dengan Aqil, Andi Arief, staf Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam itu bekerja melalui tahapan-tahapan riset ilmiah. Ia pun tidak sekadar mendapat masukan lalu dieksekusi dalam tindakan tanpa koordinasi secara matang dengan pihak-pihak yang kompeten. Urusan penelitian Gunung Padang di Cianjur, bukan menggali harta karun atau timbunan emas.

Semua hal yang berkaitan dengan mistik seperti itu terbukti hanya isu belaka. Kalaupun nanti ada “harta karun” (dalam pengertian yang luas), itu juga bukan target dirinya bersama para peneliti. Yang ia lakukan adalah membuktikan indikasi-indikasi hasil riset para peneliti sebelumnya, mematangkan kerja peneliti lapangan, dan membuka ke ruang publik hasil penelitian tersebut sebagai bentuk “laporan”. Kepada penulis ia bilang; “kita publikasikan setahap demi setahap supaya dikontrol oleh banyak pihak. Dan tak jadi soal dengan apapun hasil riset tersebut.” Malangnya, karena proses baik seperti itu, Sdr. Andi Arief justru dinilai oleh kelompok Arkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), sebagai orang yang bertindak gegabah dalam mempublikasikan hasil penelitian tanpa pertimbangan matang sehingga menjadi salahsatu alasan kelompok Arkenas untuk membuat petisi penghentian penelitian. Lanjutkan membaca “Memahami Riset Gunung Padang”

Diposkan pada Personal

Menulis tentang Gunung Padang

Kamis, 14 Agustus 2014, kami ke Gunung Padang, di Desa Karya Mukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Ini merupakan langkah pertama dalam rangka liputan lapangan dan mengecek sumber-sumber dari riset para peneliti.

gunung padang 1gung padang 4gunung padang 5IMG_20140814_151824

Kami bertiga, saya Faiz Manshur dan Andy Yoes Nugroho (Redaksi Penerbit Nuansa Cendekia Bandung) bersama Hermawan Aksan (Penulis, Redaktur Senior Tribun Jabar) juga sedang “membantu” para peneliti, tetapi dalam bentuk kerja lain.

Kami sedang menyusun sebuah buku tentang Gunung Padang. Niatan ini sedang dilakukan agar situs purbakala Gunung Padang terdokumentasikan lebih banyak. Kalau buku-buku tentang Gunung Padang sebelumnya ditulis langsung oleh peneliti, kami berniat memberikan ulasan berupa buku dengan sudut pandang tersendiri,– tentu dengan tetap mengacu pada proses dan hasil dari kerja para peneliti dari TTRM.

Dengan sudut padang jurnalistik dari Hermawan Aksan, seorang jurnalis, kami berharap nanti masyarakat bisa membaca seluk-beluk Gunung Padang secara lebih luas, dan yang lebih penting lagi memahami secara objektif dan secara lebih mudah. Karena itu, salahsatu tugas dari penulis (Hermawan Aksan) adalah harus mampu membahasakan penelitian dalam buku secara popular.

Gunung Padang selama tiga tahun terakhir ini sudah menjadi bahan pembicaraan yang luas. Sisa-sisa kontroversi dan polemik tentang penelitian masih sering terdengar. Namun sejalan dengan penemuan-penemuan terbaru sepanjang tiga tahun terakhir ini, semakin menunjukkan hasilnya, bahwa apa yang sering disampaikan oleh para peneliti tersebut memiliki kesahihan atas bukti-bukti yang ditemukan.[Faiz Manshur]

Liputan terkait dari saya tentang Gunung Padang bisa dibaca di http://www.rajabasanews.com/20140815/di-gunung-padang-tentara-membantu-kerja-peneliti/

Diposkan pada umum

Sinologi dalam Fiksi

Perempuan-Bernama-Arjuna-dua-ungu-crop2Bulan Mei 2014, kami harus mempersiapkan novel lanjutan Perempuan Bernama Arjuna ke-2 karya Remy Sylado. Kalau sebelumnya “Perempuan Bernama Arjuna” mengangkat “Filsafat dalam Fiksi”, kali ini akan melanjutkan kisahnya dengan pembahasan “Sinologi dalam Fiksi.”. Semoga lancar dan awal Juni sudah mulai edar.

Ringkasan kisahnya bisa diintip, Arjuna, perempuan muda, bersama suaminya, Jean-Claudie van Damme, Pastor Jesuit yang “insyaf” itu, akhirnya berbulan madu di Bandung, kota yang sejak zaman Belanda punya istilah Bandoeng is Goed Voor pas getrowde paar (Bandung cocok untuk pengantin baru).

Berdua mereka menelusuri keragaman masa kini, mengaca pada masa silam, kemudian mengangkut sejumlah pelajaran kehidupan Sunda, Cina, Belanda, Jawa, Manado, Batak, dan etnik-etnik lain.
Setelah “Filsafat dalam Fiksi (Perempuan Bernama Arjuna ) beredar akhir tahun 2013, Remy Sylado melanjutkan kisahnya dalam buku ini (Perempuan bernama Arjuna II) dengan tema “Sinologi dalam Fiksi”.
Dan sinologi (pengetahuan bahasa dan budaya Cina), dalam novel ini mendapatkan porsi dominan karena ilmu-ilmu Cina memang sudah lama masuk ke bumi Nusantara. Di Jawa Barat, pemakaian istilah Ci, seperti Cicadas, Ciroyom, Cimahi, Cilaki, Cihampelas, menjadi petunjuk sejarah yang jelas.
Novel ini sangat baik untuk menambah vitamin pemikiran sejarah dan merangsang gairah pengetahuan budaya nasional. Isinya seputar potret kehidupan “Parijs van Java”, yang menukik pada masalah “prasangka rasial”, “pri non pri”, “engkoh-encik”, “pembauran”, “masakan Cina”, “muslim Cina”, “musik Cina”, “obat Cina”, hingga seputar “nyetun”, “purenva di Saritem,” yang pokoknya terasa “edun suradun”,….[] -Faiz Manshur. Redaktur Penerbit Nuansa Cendekia Bandung.

Data Buku:
Judul: Perempuan Bernama Arjuna (2) Sinologi dalam Fiksi

Penulis: Remy Sylado

Penerbit: Nuansa Cendekia

Harga: Rp 75.000

Diposkan pada umum

Ketidakpercayaan pada partai Islam

Saya adalah orang yang tidak percaya partai Islam itu bisa memimpin. Di kalangan politik Islam, terlebih gerakan Islam yg ideologis, pola pikirnya itu kaku seperti besi. Besi berkarat tetapi merasa dirinya emas. Mereka itu kecil tapi hobinya mengklaim representasi mayoritas. 

Di antara partai islam ada perasaan untuk selalu menyatu. Tapi mereka lucu, tujuan menyatu itu maksudnya “menyatukan” (menguasai yang lain). Politik Islam itu saat masih kecil ingin koalisi, tapi sedikit besar mereka sombong. Jadi enggak heran, belum koalisi saja mimpinya tinggi: “Bayangkan, kalau partai Islam berkoalisi, bisa nembus 30 persen”. 

Salahsatu kesombongan tercermin pada PPP. Target lolos parliamentary threshold tidak disyukuri, tidak dimanfaatkan untuk mangatur kolektivitas strategis, tetapi justu digunakan untuk dagangan. Akibatnya konflik. []

PKS jg begitu, dapat suara banyak tahun 2004 dan 2009 tapi justru kekuasaannya digunakan untuk korupsi, lalu jadi partai sapi. 

Pada politik radikal non partai, gerakan anti syiah di Bandung kemarin misalnya, mencerminkan betapa mereka itu hanya menonjolkan hawa nafsunya, bukan mengurus nasib rakyat yg lebih prioritas. Hanya gara-gara Prof. Jalaludin Rakhmat jadi DPR-RI lalu mereka menggalang gerakan anti syiah. Bener2 kurang kerjaan.

Diposkan pada Status Facebook

Efektivitas Modern

Modernitas dengan kapitalisme membawa salahsatu tradisi hidup yang efektif. Golongan ini bergerak berbasis “rasionalisme”. Efektivitas itu yang membuat “progress” menghasilkan capaian-capaian prestasi teknologi, sistem politik, manajemen bisnis, dan lain sebagainya. Benar, tidak semua hasil prestasi “kera berotak besar” ini menciptakan humanisme, tetapi bagaimanapun juga efektivitas kerja merupakan cara hidup “kera berotak besar” lebih berdaya dalam ekonomi, berinovasi dalam iptek, dan mampu menciptakan pola hidup yang lebih beradab. Bangsa-bangsa yang terpuruk dan banyak kesenjangan antara miskin dan kaya, lebih banyak disebabkan pola hidup yang tidak berbasis efektivitas. Dalam situasi Indonesia saat ini terlihat jelas kegiatan politik sangat jauh dari efektivitas. Kebanyakan politisi, termasuk agamawan bekerja dengan tujuan serampangan, ngotot, dan tidak mampu memetakan mana yang prioritas dan mana yang harus diabaikan. Akibatnya aktivitas yg begitu tinggi hanya berujung pada kemubaziran.[]

Diposkan pada umum

Tentang Anjuran Membaca

Anjuran membaca itu sudah usang. Mesti ditingkatkan pada level “Bacalah bacaan yang….?” lalu deskripsikan apa saja yang harus dibaca, fakta manfaat yang pasti, dan keharusan bersikap kritis untuk memanfaatkan pengetahuan dari hasil bacaan. Zaman sudah berubah. Pengkhotbah nalar rasional harus memahami lompatan masyarakat dalam dunia literasi. Anak-anak sekarang, bahkan orang yg tadinya tidak membaca, kini sudah membaca. Apa yang dibaca? itu yg kita persoalkan.

Diposkan pada umum

Pengantar buku Dunia Musik

Buku Dunia Musik
Dunia Musik. Eya Grimonia.

Pengantar Redaksi

Orang cerdas dalam satu hal itu biasa. Tapi yang mampu menunjukkan kecerdasan dalam banyak hal –apalagi di usianya yang masih muda—adalah sosok luar biasa. Itulah Eya Grimonia, penulis buku ini. Selain dikenal jago bermain musik sejak kanak-kanak, sekarang di usianya 18 tahun, Eya selangkah lebih maju dengan mempublikasikan wawasan tentang musik.

Harus kita akui, di Indonesia, buku tentang pengetahuan musik yang ditulis oleh musisi masih tergolong langka. Buku-buku yang ada biasanya ditulis oleh musisi yang sudah berumur matang, bahkan tua. Sementara Eya sudah mampu menulis pada usia 18 tahun.

Penerbit mengawal penulisan buku ini dari awal hingga akhir sehingga tahu betul prosesnya. Eya menuangkan pandangannya tentang musik secara bebas. Dari sekian banyak materi yang berhasil ditulis, penyunting memandu Eya untuk menyusun kerangka tulisan dan menambahkan bagian-bagian yang dianggap perlu. Tahap selanjutnya adalah proses penyuntingan bahasa agar tulisan lebih nyaman dibaca.

Dari hasil “produksi” ini, kami bersyukur karena berkesempatan melapangkan karya penulis muda Indonesia untuk hingga sampai ke tangan pembaca. Ada kelebihan mari kita apresiasi dengan gembira, ada kekurangan mari kita perbaiki.[]

Faiz Manshur

Diposkan pada ulasan buku

Arjuna Mencari Tuhan

filsafat dalam fiksi
Judul: Perempuan Bernama Arjuna (filsafat dalam fiksi)
Penulis: Remy Sylado/Penerbit: Nuansa Cendekia, 2013/Tebal: 276 Hlm/Harga. Rp 65.000

REMY SYLADO akhir September 2013 ke Kantor Nuansa Cendekia. Seperti biasanya, urusannya seputar naskah. Jumat siang itu, ia menyodorkan bundelan naskah. Judulnya Perempuan bernama Arjuna. “Waduh. Naskah yang lain belum terbit ini. Sekarang disogok naskah baru,” gurau saya menanggapi tawaran agar novel bermerek filsafat dalam fiksi itu diterbitkan segera.

Setelah melalui pertimbangan waktu, akhirya kami sepakat menerbitkan itu di pertengahan November. Tapi meleset karena saking padatnya jadwal di percetakan. Belum lagi ditambah Lanjutkan membaca “Arjuna Mencari Tuhan”

Diposkan pada umum

Menghitung Populasi, Menemukan Kualitas Hidup

Sumber Foto: http://static.guim.co.uk/
Sumber Foto: http://static.guim.co.uk/

Menghitung populasi hidup teman-teman untuk mendapatkan cermin kualitas hidup kita.

Pada jam 3:15 saya terbangun dari tidur. Mungkin karena sebelum tidur terkondisikan berpikir tentang “keberlangsungan hidup spesies” pada saat saya bangun tidur itu, kemudian menemukan rumus kecil-kecilan untuk perhitungan evolusi manusia dari Lanjutkan membaca “Menghitung Populasi, Menemukan Kualitas Hidup”

Diposkan pada umum

Jalan Primitif, Jalan Adab di Bandung (esai)

foto tribunjabarJalan. Sebagai kata benda ia berwujud jalan raya, jalan gang, jalan aspal, jalan becek jalan sempit, dan sejenisnya. Sebagai kata kerja, bisa berarti berjalan, atau jalan-jalan dan sebagai kata sifat, punya arti jalanan. Hidup manusia dengan tujuan –dari tujuan yang praktis seperti “berjalan ke ruang makan”, tujuan idealis seperti “berjalan meraih cita-cita”, hingga tujuan Lanjutkan membaca “Jalan Primitif, Jalan Adab di Bandung (esai)”

Diposkan pada ulasan buku

Islam Radikal Indonesia

islam radikalMenyempatkan baca buku karya Solahudin dari awal hingga akhir tiada merugi. Banyak data yang mampu menautkan perjalanan radikalisme dari era kolonial hingga saat ini. Jarang ada studi tetang radikalisme di Indonesia sebaik ini.

Tetang DI/TII,NII,JI, tersimpulkan oleh saya: virus radikalisme tak akan mati dan bisa bermutasi dalam setiap waktu; terutama akan meledak saat terjadi potensi-potensi radikalisme disediakan. Ideologi politik yang ekstrem dipaksakan bisa hadir dan membahayakan karena bisa memicu konflik di sebuah masyarakat. Lanjutkan membaca “Islam Radikal Indonesia”

Diposkan pada umum

Rumus Hidup Penulis

Teori menulis
DATA BUKU
Judul: Genius Menulis: Penerang Batin Para Penulis.
Pengarang: Faiz Manshur
Pengantar: Remy Sylado
Editor: Miftahudin
Sampul: Lakhsmita Ratu Indira
Penerbit: Nuansa Cendekia, Bandung (Anggota IKAPI)
Tahun: Cetakan I, Januari 2012
Tebal: 288 Hlm.
ISBN: 978-602-839454-3
Harga: Rp 56.000

Tahun 2012 lalu buku ini akhirnya bisa terbit setelah kira-kira 8 bulan saya endapkan. Editing pelan dan memprosesnya pun pelan-pelan. Setelah hampir dua tahun kemudian akan ada rencana cetak ulang lagi.   Jauh sebelumnya, buku ini diberi Kata Pengantar oleh Remy Sylado atas permintaan saya sendiri. Pak Remy menyetujui karena isinya sejalan dengan pandangan hidupnya.

Setelah menunggu 10 hari akhirnya kata pengantar itu diberikan. Untuk editing dulu saya memilih Mas Miftahudin, Pascasarjana UI, senior saya yang cukup mahir dalam urusan editing. Sedangkan sampul saya pesan khusus kepada Lakhsmita Ratu Indira (Bandung).

Genius Menulis prinsipnya bukan sok kemewah atau bombastisme dalam penjudulan. Jika membaca bagian dalam buku ini nanti akan dijelaskan bahwa genius menulis itu sebenarnya lebih pada urusan ruang atau kesempatan, atau peluang dengan segenap perilaku hidup seperti tekun, disiplin, ngotot dan lain sebagainya.

daftar isi genius menulisdaftar isi menulisdaftar isidaftar isi buku genius

Sebagai kenangan pribadi, buku ini teramat penting saya catat. Setidaknya tentang dua hal:

1) Bahwa dalam melakoni hidup sebagai penulis saya ingin membuat semacam rumus yang bisa berguna untuk laku hidup, laku riset, laku kerja, laku proses kreatif. Di luar itu saya juga memasukkan pengetahuan di luar proses penulisan, yakni tentang dunia industri buku, wawasan perbukuan, tradisi membaca,  urusan keredaksian buku hingga urusan percetakan.

2) Saya merasa lebih penting membuat “teori” laku hidup, atau seni hidup menjadi penulis ketimbang memilih tema sebatas urusan teknis penulisan. Selain sudah banyak ditulis oleh penulis lain, buku panduan praktis rumus penulisan itu terkadang belum masuk wilayah mendalam urusan hidup penulis. Karena itulah saya lebih memilih teori hidup menjadi penulis.[Fm]

kutipan menulis

evolusi manusia, evolusi bahasa

Diposkan pada Personal, umum

Berdagang Merek Islam

Jurnas.com | Dalam urusan publik, urusan “perhatian” menjadi strategi paling mendasar untuk meraih target. Wilayah politik dan agama, keduanya menempati ruang publik yang sangat membutuhkan“perhatian” masyarakat. Seperti dagang, politik dan agama pada akhirnya membutuhkanbranding tertentu untuk menarik perhatian yang itu tujuannya untuk memperoleh kekuasaan yang kuat. Lanjutkan membaca “Berdagang Merek Islam”

Diposkan pada Personal, umum

Perihal Diskusi

diskusi kebun seni“Diskusi”. Antara suka dan tidak suka sebenarnya “praktik” ini selalu bersama dalam kehidupan saya. Kadang saya menyukainya dengan alasan tertentu, kadang pula tidak menyukainya tanpa alasan khusus. Tapi yang jelas diskusi merupakan bagian yang terus saya alami. Terhadap banyak tema diskusi, paling menyita perhatian saya sejak dulu adalah filsafat, kemudian budaya,agama,  sastra, ekonomi, filsafat, dan tema lain. Lanjutkan membaca “Perihal Diskusi”

Diposkan pada Novel Shastri

Dasein Kiai (Bagian 5 Novel Shastri)

Kehidupan Adnan sekalipun tidak kaya, tak juga disebut miskin. Kalau di desanya pada masa swasembada beras orang-orang desa tetap makan nasi jagung, ia bisa berikan nasi beras kepada anak-anaknya. Orang-orang desa itu sering mendengar kabar dari TVRI dan dari mulut pegawai kecamatan kalau negaranya gemah ripah loh jinawi. Pemerintah terus bangga dengan mengaku berhasil menerapkan Lanjutkan membaca “Dasein Kiai (Bagian 5 Novel Shastri)”

Diposkan pada Novel Shastri

Islam Desa (Bagian 4 Novel Shastri)

Kebanyakan kampung Kauman di Pulau Jawa dikelilingi oleh kampung-kampung yang memiliki tradisi keagamaan cukup baik. Tetapi Kauman Kanaan nampaknya memiliki pengecualian. Di sebelah kampung ini, dusun-dusunnya sebagian belum tersentuh oleh ajaran Islam secara memadai. Tak banyak santri di kampung ini, bahkan sebelum tahun 1960an nyaris hanya beberapa gelintir anak muda yang Lanjutkan membaca “Islam Desa (Bagian 4 Novel Shastri)”

Diposkan pada Novel Shastri

Muslim Kauman (Bagian 2: Novel Shastri)

 Kauman. Orang-orang desa dulu kala mengenal desa ini sebagai Kampung Krajan. Berdirinya bangunan kraton Mataram Baru pada 3 Syura tahun Wawu 1681, atau bersamaan dengan kalender masehi 9 oktober 1755 kemudian mengubah nama perkampungan di pusat-pusat perkotaan baik kabupaten maupun di tingkat distrik yang memiliki komunitas muslim. Lanjutkan membaca “Muslim Kauman (Bagian 2: Novel Shastri)”

Senja di musim kemarau.

Desiran angin menerpa dedaunan menebarkan suasana alam pedesaan yang alami. Di langit, warna biru dihias mega putih berarak. Orang-orang desa di kampung itu nampak ceria. Laki-laki perempuan meninggalkan kesibukan sehari-hari di luar rumah. Mereka duduk di emperan rumahnya masing-masing, sebagian memilih berjalan-jalan sambil mengajak anak-anak balitanya bermain. Sedangkan anak-anak Lanjutkan membaca “Sepotong Senja di Desa (Bagian 1 Novel Shastri)”

Sepotong Senja di Desa (Bagian 1 Novel Shastri)

Diposkan pada Novel Shastri

Tentang Novel Shastri

Shastri

By FAIZ MANSHUR

========

Shastri adalah sebuah Cerita Panjang dari potret sosiologis kehidupan muslim pedalaman berbading muslim pesisir. Melalui Cerita Panjang ini perbedaan kehidupan muslim pesantren dan pedalaman akan terlihat secara detail. Penulis mengemas peta sosiologi dalam bentuk cerita dengan menampilkan sisi subjektif untuk melihat secara jelas fakta kehidupan kaum santri (dalam hal ini santri tradisional). Kehidupan santri pedalaman yang sarat dengan sufisme dan laku moral diangkat terlebih dahulu sebelum memasuki babak baru kehidupan santri pesisir.

Selain mengulas masalah-masalah keagamaan Islam tradisional, penulis menyertakan unsur-unsur terkait dalam kehidupan keagamaan tersebut, seperti pertanian, perikanan, peternakan, politik, kesenian, dan cara pandang kaum santri terhadap agama lain.[2010]

Daftar Isi:

Bab  1 Sepotong Senja di Desa

Bab 2 Muslim Kauman

Bab 3 Persimpangan

Bab 4  Islam Desa

Bab 5 Dasein Kiai

Bab 6 Eksploitasi

Bab 7 Alam Imajiner

Bab 8 Kematian dan “Lahire Gusti Allah”

Bab 9 Jalan Santri

Bab 10 Abangan

Bab 11 Ladang Perenungan

Bab 12 Kaki Merapi

Bab 13  Sepanjang Jalan Daendels

Bab 14 Kampung Perbatasan

Bab 15 Quran dan Koran

Bab 16 Jadzab

Bab 17  Tuhan, Apa MauMu?

Diposkan pada Personal, umum

Kembali ke Zaman Soeharto?

5055505_20130302103142KEMBALI KE ZAMAN SOEHARTO? Memang Bisa? 
Dalam mengambil sikap seseorang setidaknya akan menambatkan pada tiga hal. 1) mitos atau keyakinan 2) Sains/teori. 3) pengetahuan empirik personal. Sikap orang-orang yang merindukan “hidup di zaman Soeharto” bisa berkembang karena alasan pertama dan bisa juga kedua.

Untuk alasan pertama irasional dan tidak melihat bagaimana seharusnya hidup yang baik di masa depan. Adapun yang ketiga bisa disebabkan oleh pengalaman yg nikmat di zaman orde baru dan merasa sumpek hidup di era sekarang tanpa melihat secara makro bagaimana sebuah bangsa harus berjalan di atas realitas yang sudah sedemikian maju.

“Zaman Soeharto lebih enak” yang berkembang itu bisa karena dua hal. 1) Karena alasan politis orang-orang Soeharto yang punya target politik, 2) Pragmatisme berpikir orang yang pernah mengalami hidup di era Soeharto dan merasa gundah oleh perubahan zaman.

Jika yang berbicara adalah orang-orang Soeharto sebagai tujuan politik, jelas itu ledekan kepada masyarakat yang menginginkan perubahan secara transformatif melalui logika pikir yang sehat. Sedangkan kalau yang berbicara adalah orang pragmatis, jelas itu merupakan pelecehan terhadap kebodohan dirinya sendiri karena tak berdaya menghadapi perkembangan zaman dan hanya bisa bergantung pada sosok Soeharto.

Itu merupakan suatu cermin betapa rusaknya pola pikir. Karena –dari dua golongan pro zaman Soeharto- bagaimana menjawab pertanyaan ini: “Kalau Zaman Soeharto memang lebih enak, bagaimana cara kita mengembalikan zaman beserta Soeharto-nya memimpin Indonesia?” Bagaimana? Kepiye…? [Faiz Manshur]

Diposkan pada Personal, Tips Menulis, umum

Perihal “unik” dalam Buku

Di tengah-tengah persaingan, keunikan merupakan salahsatu terobosan yang penting dipahami dan dieksekusi oleh siapapun. Buku sebagai bagian utama dalam dunia bisnis juga mensyaratkan adanya keunikan.

Hal ini bermula dari dua kenyataan, bahwa tidak semua buku bagus laku, dan sejalan dengan itu juga terdapat fakta, bahwa tidak semua buku jelek pasti laris. Anda sering mendengar kata unik atau khas, atau lain dari yang lain berulang kali. Itu maklum diterima karena faktanya, dalam hidup sekalipun kita harus memiliki keunikan. Artinya ada kebutuhan memiliki karakter khas yang membedakan dari kebanyakan orang. Lanjutkan membaca “Perihal “unik” dalam Buku”

Diposkan pada Personal, umum

Menakar Kelas Menengah Kita

Gurita kelas menengah merajalela di beberapa negara. Negeri China merupakan pesona hebat, bahkan bisa disebut dahsyat karena sampai tahun 2011 mampu melahirkan golongan berpenghasilan antara US$ 2-10 dalam jumlah 300 juta orang dari total jumlah penduduk mereka yang mencapai 1,4 miliar. Indonesia dengan penduduk 237 juta, golongan berpenghasilan antara US$ 2-10 mencapai 45 juta jiwa. Lanjutkan membaca “Menakar Kelas Menengah Kita”

Diposkan pada Personal, umum

Karakter Binatang-Politik

Yang perlu dikemukakan pada kenyataan Indonesia saat ini, tahun 2012 yang hampir lewat, bahwa perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sejak 1998 telah mengakibatkan kegagalan.  Istilah gagal ini pahit adanya, tetapi harus kita telan bersama karena kita punya bayangan kebaikan setelah era buruk Orde Baru berganti menjadi era reformasi yang (diharapkan) lebih baik adanya.

Memang kita tak bisa mengabaikan sejumlah perbaikan yang sudah terjadi. Seluruh elemen bangsa ini pun punya kearifan untuk menilai. Setidaknya kebaikan itu berupa gerak modernisasi di berbagai bidang, yang telah menjadikan kultur baru dalam kehidupann masyarakat kita tak ketinggalan dari gerak globalisasi.  Sekalipun itu masih menjadi perdebatan karena kita tetap keok dengan negara-negara lain, tapi tak ada salahnya sedikit saja kita tetap harus bersyukur.   Lanjutkan membaca “Karakter Binatang-Politik”

Diposkan pada Personal, umum

Spirit Universal Haji

Sebuah ritual senantiasa menarik perhatian manusia, terlebih jika ritual itu berupa perayaan massal yang melibatkan isu-isu publik dunia. Idul Adha patut mendapat perhatian karena melibatkan dimensi sejarah, sosiologi, tradisi dan peradaban. Dan lebih penting lagi ialah memaknainya sebagai cara hidup orang modern untuk menciptakan tatanan hidup yang lebih baik. Lanjutkan membaca “Spirit Universal Haji”

Diposkan pada umum

Regenerasi Migrasi, ke Desa Kita Kembali

 “Kepada masyarakat, dihimbau agar tidak membawa teman dari kampung ke kota, apalagi jika tidak memiliki kemampuan sumberdaya yang kompeten.”

Pesan sejenis ini selalu terdengar pada saat Idulfitri. Seperti biasa, yang paling fasih mengucapkan ialah Gubernur DKI Jakarta. Niatnya baik, tapi menyimpan anomali karena faktanya orang-orang udik itu berbondong-bondong ke kota sebenarnya justru  sadar dirinya “tidak mungkin” berwirausaha sendiri, bertani di lahan terbatas, terus-terusan menjadi buruh tani, dan kesulitan mengembangkan kemampuannya. Lanjutkan membaca “Regenerasi Migrasi, ke Desa Kita Kembali”

Diposkan pada Personal, ulasan buku

Wahyu, Bara dan Cahaya (Makna Nuzulul Quran)

Alquran kini telah menjadi sebuah tonggak terpenting sejarah kehidupan umat Islam, dan juga telah menjadi bagian fenomena antropologi dunia. Awal kejadiannya pada 17 Ramadan tahun Gajah, atau 12 tahun sebelum kalender hijriyah, bertepatan dengan 6 Agustus 610 Masehi. Terdapat sekian banyak makna dalam fenomena sejarah turunnya Alquran. Namun dalam tulisan ini akan saya fokuskan pada tiga hal saja, yakni wahyu, bacaan, dan kreativitas. Lanjutkan membaca “Wahyu, Bara dan Cahaya (Makna Nuzulul Quran)”

Diposkan pada umum

Bara Empati Puasa

Dari mana datangnya empati? Dari kesamaan rasa turun ke hati. Dari mana datangnya keadilan? Dari harapan menuju tindakan!

Ramadan datang kembali. Sebulan penuh umat Islam akan melakoni ritual guna mewujudkan hakikat ajaran Ilahi dalam bentuk amal insani. Selain penting melakoni hidup serbarepot selama sebulan penuh, ada pentingnya melihat makna puasa dalam dimensi kehidupan yang lebih luas. Lanjutkan membaca “Bara Empati Puasa”

Diposkan pada Personal, umum

Reaksi SBY tentang Negara gagal

Sebelum bicara soal negara Indonesia yang dianggap gagal oleh lembaga survei terkemuka di dunia, mari kita dudukkan pengertian politik secara sederhana, yakni sebagai cara mengelola negara. Kemudian, karena alasan perkembangan sejarah modern, sebuah politik yang paling patut dijalankan ialah model demokrasi.

Adapun yang tak patut ialah politik otoriter. Tetapi kenyataan hasil dari perkawinan antara politik dan demokrasi—sejalan dengan fakta sejarah yang telah membuktikan kegagalan, (tak terkecuali di Indonesia) Lanjutkan membaca “Reaksi SBY tentang Negara gagal”

Diposkan pada Personal, umum

Partai Islam yang Malang

Tersiar kabar dari berbagai media cetak dan online, empat Partai Islam pada pemilu mendatang akan menurun perolehan suaranya. Lembaga Survei Nasional (LSN) membeberkan hasil surveinya pada 10-20 Juni 2012 bahwa perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN), hanya akan meraih 15,70 persen. Artinya, anjlog dari perolehan suara pada Pemilihan Umum 2009, yang masih memperoleh 29,14 persen. Lanjutkan membaca “Partai Islam yang Malang”

Diposkan pada Personal, umum

Alquran dan Dua Jenis Korupsi

Pekan ini media massa ramai mengangkat pemberitaan korupsi pengadaan Alquran di Kementerian Agama. Ada “nilai lebih” dalam kasus ini. Kalau biasanya kasus korupsi menjadi berita biasa, kali ini agak sensasional karena istilah “kitab suci”.

Asumsinya, Alquran: sebuah pedoman hidup umat beragama terbesar di Indonesia yang di dalamnya memuat kebijaksaan mulia sehingga, seperti laku korupsi (baca: mencuri) merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Alquran. Dengan kata lain, Alquran yang melarang keras korupsi itu kini sedang dijadikan objek korupsi. Lanjutkan membaca “Alquran dan Dua Jenis Korupsi”

Diposkan pada umum

Literasi dan Misi Kenabian

Mula-mula harus diakui, bahwa produk literasi (tulisan) —baik itu berupa media cetak (koran, majalah, buku dan sejenisnya), termasuk literasi online— merupakan kebutuhan sekunder masyarakat. Hal ini nyata jika kita melihat dari sisi perbandingan kebutuhan manusia yang pokok berupa makanan, pakaian dan komunikasi, yang memang faktanya dibutuhkan sehari-hari. Fakta tersebut diperkuat oleh kenyataan bahwa produk literasi di masyarakat modern juga bersandar atas kemajuan industri produsen makanan, pakaian dan komunikasi. Lanjutkan membaca “Literasi dan Misi Kenabian”

Diposkan pada Personal, umum

Yang Mulia dari Amal-Baca (1)


“Jika ingin meraih keberhasilan, maka usaha harus dilakukan. Jika ingin keberhasilan itu lebih baik, maka usahanya pun harus baik.” 

Bagaimana usaha yang baik itu?

Saya merasa perlu menjadikan hal ini sebagai piranti dasar sebelum meyakini kegiatan membaca sebagai hal penting dalam hidup ini. Ini semata supaya kita memiliki fondasi yang konstruktif. Konstruksi tersebut perlu direka-reka supaya kita—selain memiliki target dalam pencapaian menuju keberhasilan—juga supaya kita menyadari kelebihan dan kekurangan yang sudah kita lakukan. Lanjutkan membaca “Yang Mulia dari Amal-Baca (1)”

Diposkan pada bukuku, Personal, umum

Resensi Buku: Ajaran Hidup Penulis

Buku panduan, tips, kiat, atau katakanlah teori menulis sudah banyak beredar. Sekalipun begitu, tetap saja setiap tahun muncul buku sejenis yang baru. Ada banyak alasan—baik dari penulis maupun penerbit- mempublikasikan jenis-jenis buku tersebut. Di antaranya ialah karena buku panduan menulis yang lama sudah usang, kurang lengkap,butuh materi baru, atau alasan lain ialah kebutuhan penerbit memiliki karya bidang tersebut. Lanjutkan membaca “Resensi Buku: Ajaran Hidup Penulis”
Diposkan pada Personal, ulasan buku, umum

Kutubuku atau Pengundang Kutu?

http://beyondtheblurb.com/
sumber foto http://beyondtheblurb.com/

Mencintai buku itu baik dan seharusnya demikian. Tetapi sering bernafsu memborong buku tanpa seleksi bisa jadi pemborosan dan bisa juga mengakibatkan kehilangan utama membaca itu sendiri. Saya katakan boros karena tujuan dari membeli buku adalah untuk dibaca dan kemudian dipahami. Lanjutkan membaca “Kutubuku atau Pengundang Kutu?”

Diposkan pada Personal, ulasan buku

Edit Buku Baru Remy Sylado

Jum’at malam, di rumahnya, Jl Srigadis, kami berkunjung menemui sang penulis, Yapy Tambayong (Remy Sylado). Setelah seminggu sebelumnya sudah janjian untuk serah-terima naskah yang akan diterbitkan, akhirnya kami sepakat untuk segera menerbitkan.  Judul buku yang akan kami terbitkan adalah “123 Ayat: Tentang Seni.” Muatan isinya meliputi: 123 Ayat Seni Susastra,123 Ayat Seni Musik,123 Ayat Seni Rupa,123 Ayat Seni Drama dan 123 Ayat Seni Film. Lanjutkan membaca “Edit Buku Baru Remy Sylado”

Diposkan pada bukuku, Tips Menulis, ulasan buku

Resensi di www.horison.or.id

Di era sekarang, menulis mudah dilakukan oleh siapapun. Tetapi untuk meraih predikat penulis tulen tidak sembarangan diwujudkan. Sebab, untuk mendapat status itu, seseorang harus melahirkan banyak karya tulis yang diakui oleh publik melalui media massa/penerbit. Artinya, tidak cukup rajin menulis di media jejaring sosial online atau web personal.  Lanjutkan membaca “Resensi di www.horison.or.id”

Diposkan pada Personal, ulasan buku

Menyusuri Lorong-Lorong Dunia (Jilid 3)

Acara diskusi peluncuran buku “Menyusuri Lorong-Lorong Dunia Jilid III” di Toko Buku Ultimus Bandung 9 Mei 2012: Foto Dokumentasi Ultimus)

Buku “Menyusuri Lorong-Lorong Jilid III” ini merupakan tiga rangkaian dari buku sebelumnya, yakni menyusuri lorong-lorong jilid I dan II yang sudah terbit beberapa tahun sebelumnya. Dari ketiga buku tersebut saya menyimak dan memperhatikan. Karena rangkaian itulah saya merasa sebuah apresiasi tersebut harus berdasarkan pada aspek pembacaan secara sintopikal atau memakai cara pandang Lanjutkan membaca “Menyusuri Lorong-Lorong Dunia (Jilid 3)”

Diposkan pada bukuku, ulasan buku, umum

Resensi di teraspolitik.com

Menulis dengan Pola Genius

http://www.teraspolitik.com/Jumat, 24/02/2012 11:27 WIB/ Jakarta, Teraspolitik – Menjadi penulis itu dambaan banyak orang. Tetapi hanya sebagian saja yang sukses sesuai harapannya. Karena terasa sulit meraih sukses itulah banyak keprihatinan di kalangan para penulis senior dengan memberikan tawaran berupa tips, kiat atau panduan menulis. Tak cukup sampai di situ, sekarang juga semakin marak kursus atau workshop penulisan. Semua dilakukan untuk menuntut jalan dengan apa yang disebut orang sebagai proses kreatif. Lanjutkan membaca “Resensi di teraspolitik.com”

Diposkan pada Personal

Kematian yang menghidupkan

Kematian itu menakutkan. Dan ketakutan merupakan gerbang utama dari persepsi kita untuk membicarakannya. Selain menakutkan, kematian kita persepsikan sebagai kepastian (takdir)- karena fakta banyak hal dalam kehidupan ini mengalami kematian. Mungkin saja tidak setiap barang hidup pasti mati,-karena kita tidak punya fakta keseluruhan. Lanjutkan membaca “Kematian yang menghidupkan”

Diposkan pada Personal, Tips Menulis

Ihwal Meresensi Buku

Lama saya tak membicarakan topik menulis resensi buku. Dulu, di masa-masa awal saya belajar menulis, bidang penulisan resensi pernah menjadi garapan khusus. Kebiasaan di Yogya, rentang tahun tahun 1997 silam–kebanyakan penulis muda sebelum mampu menulis esai atau opini–ngresensi buku menjadi garapan yang paling realistis dilakukan.

Alasannya sederhana; menulis opini sulit dimuat karena harus berkompetisi dengan penulis senior, sementara menulis resensi sangat terbuka peluangnya karena rata-rata penulisnya mahasiswa. Sekalipun saya mulanya lebih suka menulis opini, tetap melihat penulisan resensi sebagai bidang garapan yang mengasyikkan. Ada dua hal yang mendorongnya. Lanjutkan membaca “Ihwal Meresensi Buku”

Diposkan pada Personal

Bincang Bahasa Bersama Remy

Selasa malam, 7 Pebruari 2012, kami bersama teman-teman menemui Remy Sylado. Itu pertemuan yang kesekian kali selama beberapa bulan terakhir ini. Itu semua mudah terjadi karena Pak Remy sekarang ini sangat sering ke Bandung dan menempati rumah lamanya di Jalan Srigadis.

Beberapa bulan lalu rumah lama tempatnya dulu ia tinggal itu direnovasi, tidak lagi dikontrakkan, dan akan ditempati sendiri. Memang sementara ia dan istri belum akan tinggal menetap di rumah itu, dan masih akan di Jakarta, Bogor atau rumah yang lain.

Ngobrol malam itu seperti biasa, kami menimba ilmu, selain juga saya Lanjutkan membaca “Bincang Bahasa Bersama Remy”

Diposkan pada Personal

Kang Acep Juara

Beberapa hari yang lalu, sahabat kita Acep Zamzam Noor meraih penghargaan karya Sastera dari Yayasan Rancage untuk bidang publikasi karya sastra berbasa Sunda. Saya sebagai orang yang terlibat mendorong publikasi melalui penerbit Nuansa Cendekia tentu ikut bahagia dan merasa bangga. Usaha kami di redaksi memang tidak maksimal karena terhambat masalah bahasa. Baik saya, Andy Yoes, Mathori A Elwa maupun teman redaksi yang lain (yang kebanyakan orang Jawa) tak bisa berbuat banyak selama masa proses, kecuali Andy Yoes yang membantu proses tata letak dan editing sampul.

Beruntung kang Acep tidak pilih-pilih penerbit. Ia sengaja memasukkan naskah itu karena ingin diterbitkan Nuansa Cendekia, selain sering main mampir, juga hubungan sudah dekat dengan kami–bahkan sejak kenal dengan pendiri Nuansa Cendekia, Mas Taufan Hidayat. Karena kedekatan inilah Kang Acep justru merasa enak karena setelah selesai menulis, ia biasanya langsung jadi editor sendiri. Itulah yang biasa ia lakukan jika menerbitkan buku di Nuansa Cendekia. Prosesnya, setor naskah, dilayout, kemudian menjelang cetak ia sempatkan berlama-lama di Nuansa melakukan koreksi. Jadi ya sudah. Kita di redaksi enak-enak saja. Kami sejak dulu memang lebih suka menjadi fasilitator supaya daya kreatif para penulis (dengan standar mutu naskah yang bisa dipertanggungjawabkan tentunya) semakin maksimal. Atas kerja kerasnya menyusun puisi berbahasa Sunda tersebut kini Acep mendapat kehormatan sebagai penyair yang serba bisa. Tidak hanya menulis sajak melayu, melainkan juga mahir menulis esai dan kini puisi Sundanya diakui masyarakat. Selamat Kang Acep. Jangan menangis lagi….nanti tidak enak sama Om Soni Farid Maulana…haha…..

Diposkan pada Personal

Terburu-buru

Kebanyakan orang menulis untuk tujuan publikasi. Setiap penulis menginginkan karyanya segera terbit, entah di media cetak maupun penerbitan buku. Sejauh itulah terdapat elemen terburu-buru karyanya ingin segera beredar. Ini sesuatu yang wajar, tapi sebenarnya akan lebih baik jika tidak usah menambahkan ketergesa-gesaan. Obsesi segera terbit merupakan sesuatu penyakit instanisme di mana karya yang baru dibuat belum mengendap lama seringkali kurang menghasilkan karya yang memuaskan, baik bagi pembaca maupun penulis itu sendiri.

Sudah banyak kasus buku yang dibuat secara cepat dan instan rawan kesalahan, kekurangan dan bahkan sering terdapat kekeliruan fatal.  Bersikap tenang dan bersabarlah karena sebenarnya pembaca tidak punya keinginan terburu-buru. Kalaupun Anda adalah seorang penulis terkenal yang karyanya dinanti oleh pembaca fanatik Anda, itupun tidak bisa jadi alasan untuk harus cepat terbit, cepat edar, karena sebenarnya pembaca yang fanatik bisa jadi nanti kecewa jika karya yang Anda publikasikan itu tidak maksimal. Sabar dan saling menghargai proses kerja keredaksian merupakan sebuah kebaikan tersendiri. Jika Anda mampu sabar dan telaten; dengan terus menerus melakukan perbaikan, misalnya hingga mencapai 7 kali perbaikan pribadi, itu akan lebih baik.

Diposkan pada bukuku, Personal, Tips Menulis, ulasan buku

Pembaruan Menulis dan Mental Hidup

Ada banyak jenis buku, tetapi sulit mencari buku yang memiliki nilai pembaruan. Pada buku panduan penulisan misalnya, beberapa tahun belakangan ini tergolong sangat minim pembaruan. Sejak muncul istilah “Menulis itu Gampang” (Arswendo Atmowiloto) yang telah berusia belasan tahun silam, nyaris jarang buku menarik bidang penulisan yang bermutu. Kalaupun ada, biasanya hanya spesifik pada tema-tema tertentu, misalnya menulis fiksi, menulis artikel media, atau panduan menyusun buku. Lanjutkan membaca “Pembaruan Menulis dan Mental Hidup”

Diposkan pada bukuku, Personal, Tips Menulis, ulasan buku

Keseimbangan Lahir Batin Bagi Penulis

Minggu, 29 Januari 2012 | 14:48 

Kreatif menulis itu butuh proses. Selain butuh proses waktu, juga butuh keuletan tersendiri. Bekal utamanya ialah ketekunan, kesabaran dan kecerdasan. Tekun artinya kesanggupan untuk terus bekerja mengatasi segala kerumitan, sabar artinya sanggup untuk berproses dalam jangka waktu panjang, dan cerdas artinya harus siap menjadi pembelajar sepanjang hidup. Ketiga hal tersebut bisa ketahui, bisa dipelajari dan bisa diwujudkan selama kita memiliki optimisme untuk berhasil.

Ada banyak cara untuk menjadi manusia pembelajar terkait dengan profesi kita menjadi seorang penulis. Bisa secara otodidak, rajin ikut pelatihan, hobi diskusi dengan para senior, membaca buku karya orang lain, dan belajar hidup dan kehidupan dari para penulis senior. Nah, hadirnya buku “Genius Menulis” ini bisa dikoleksi sebagai bagian dari pemenuhan hajat belajar tersebut. Buku ini bukanlah kitab pedoman yang lengkap, apalagi baku, melainkan salah satu pelengkap saja dari sekian buku yang telah ada dan akan ada selanjutnya. Lanjutkan membaca “Keseimbangan Lahir Batin Bagi Penulis”

Diposkan pada bukuku, umum

Kata Mereka Genius Menulis

Menulis itu pekerjaan individual. Berhasil tidaknya menjadi penulis sangat bergantung pada sang individu. Bahkan sekalipun karya seorang penulis harus berurusan dengan pihak lain, (penerbit atau media massa), peranan individu sangat menentukan. Di sini, Genius Menulis, memberikan tawaran yang konkret agar kita memahami posisi sebagai seorang penulis, memahami kepentingan redaksi dan bahkan memberikan peta calon pembaca yang akan memanfaatkan karya seorang penulis. Membaca satu persatu uraian dari buku ini jelas merupakan sesuatu hal yang baru.  Problem internal dan eksternal yang lekat dengan kehidupan penulis juga dijabarkan secara apik, mendasar dan detail. Saya kira buku ini bukan kategori kiat praktis menulis, melainkan lebih pada upaya kuat agar kita berani terus menjadi penulis dengan segenap risiko dan keuntungannya. Kita akan beruntung membaca buku ini. —Acep  Zamzam Noor, Penyair. Tinggal di Pesantren Cipasung Tasikmalaya.

“Menulis adalah kerja kemanusiaan yang paling konkret dalam mengubah peradaban. Tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa atau negara dapat dilihat dari kualitas karya-karya tulis yang dihasilkannya. Menulis juga merupakan ekspresi dari kematangan dan kedewasaan ruhani seseorang. Buku karya Faiz Manshur ini sarat dengan ide-ide cemerlang yang dapat menginspirasi seseorang untuk berani melahirkan karya tulis yang bermakna bagi kemanusiaan. Buku ini penting dibaca bagi siapa saja yang tertarik untuk mendedikasikan hidupnya bagi kemajuan peradaban manusia.” –Prof.Dr Siti Musdah Mulia M.A. DirekturIndonesian Conference on Religion and Peace.

Buku ini menarik untuk dibaca karena bukan hanya mampu membuka jendela pengetahuan di dalam diri kita ke alam yang lebih luas lagi, akan tetapi juga sanggup menggetarkan hati kita untuk berani menulis. Semua itu diurai dengan kalimat yang bernas, dan mudah ditangkap maknanya. Bila Anda ingin terjun ke dalam dunia tulis-menulis, jangan ragu membaca buku ini.Soni Farid Maulana–Penyair, Jurnalis Harian Umum Pikiran Rakyat Jawa Barat.

Aktivitas “membaca”, “mengajar” dan “menulis” merupakan pesan Al-Quran pertama dan utama sebagai aplikasi keimanan untuk merespon berbagai problem kemanusiaan yang kompleks, mengatasi kekalahan dalam kompetisi kehidupan dan meraih nilai-nilai yang bermakna bagi sesama. Menulis adalah sebuah proses dan usaha kreatif yang akan mengantarkan seseorang memiliki jiwa spriritualitas yang kuat berupa integritas (kejujuran), energi (semangat), inspirasi (penuh ide), kesabaran, dan keberanian (courageous). Hal-hal positif itu penting di tengah mewabahnya “budaya instan” yang mendorong banyak orang mengambil jalan pintas dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Buku ini, seperti penulisnya, Faiz Manshur, dengan penuh semangat ingin menularkan virus kegairahan berkreatifitas, berproses, dan membangun jati diri dengan cara menulis!. Sehingga pembusukan di segala sendi kehidupan bisa dihentikan. –KH Maman Imanulhaq, Pimpinan Ponpes al-Mizan Jatiwangi Majalengka.

Pilih mana? Jadi penulis “idealis” atau penulis “produktif”? Mungkinkan kita memilih jadi keduanya sekaligus, penulis produktif yang idealis? Menjadi kepercayaan umum bahwa penulis “idealis”, yang menulis dengan nilai-nilai yang diyakininya, yang memiliki target ideal terhadap apa yang ditulisnya, sedikit menghasilkan buku. Atau kalaupun ada, jarang jadi best seller. Sementara penulis yang rajin “berkompromi” dengan pasar dan mengikuti apa maunya pasar, dengan enteng menghasilkan berlusin-lusin buku, dan seringkali laris seperti kacang goreng. Lalu, para penulis “idealis” dengan enteng menuding para penulis jenis itu sebagai “pekerja”, para tukang yang menghasikan “kerajinan tangan.” Sementara di sisi lain, dengan bangga, mereka menepuk diri sendiri sebagai   penulis sejati, meskipun sedikit menghasilkan karya yang jarang dibaca. “Genius Penulis” mampu melihat dikotomi ini dengan cara menarik. Dan jika Anda merasa diri sebagai penulis “idealis”, bersiap-siaplah untuk “tersinggung”..:).-Fransisca Ria Susanti, Redaktur Pelaksana Harian Sinar Harapan, Jakarta , Penulis buku “Kembang-Kembang Genjer”.

Dengan membaca buku genius Faiz Manshur ini yakinlah, para profesional penulis makin bergairah untuk berkarya dengan kekayaan berbagai ‘senjata’ jiwa. Ibarat kata, tak terbatas. Faiz yang peka intuisi bisnisnya menggedor penulis untuk tidak berkacamata kuda dalam menulis hanya untuk kepuasan jiwa penulis. Tapi, yakinlah realitas hidup jasmani dan rohani dapat diseimbangkan dengan menulis genius ‘sesuai mahzab’ Faiz Manshur ini.–Drh Yonathan Rahardjo. Novelis

 

Diposkan pada bukuku, Personal, Tips Menulis, ulasan buku

Proses Kreatif Menulis

Pengantar untuk buku Genius Menulisku.

Kreatif menulis itu butuh proses. Selain butuh proses waktu, juga butuh keuletan tersendiri. Bekal utamanya ialah ketekunan, kesabaran dan kecerdasan. Tekun artinya kesanggupan untuk terus bekerja mengatasi segala kerumitan, sadar artinya sanggup untuk berproses dalam jangka waktu panjang, dan cerdas artinya harus siap menjadi pembelajar sepanjang hidup.

Ketiga hal tersebut bisa ketahui, bisa dipelajari dan bisa diwujudkan selama kita memiliki optimisme untuk berhasil. Ada banyak cara untuk menjadi manusia pembelajar terkait dengan profesi kita menjadi seorang penulis. Bisa secara otodidak, rajin ikut pelatihan, hobi diskusi dengan para senior, membaca buku karya orang lain, dan belajar hidup dan kehidupan dari para penulis senior.

Nah, hadirnya buku ini saya tulis sebagai bagian dari pemenuhan hajat belajar tersebut. Niatan saya menulis buku ini sederhana, yakni berbagi tentang pengalaman proses kreatif, mengatasi persoalan hidup penulis, dan memahami ruang lingkup kehidupan yang pasti akan dialami para penulis. Lanjutkan membaca “Proses Kreatif Menulis”

Diposkan pada Personal, umum

Sunni-Syiah, Sesat dan Sindrom

Kekerasan yang merusak sendi keharmonisan hidup terus terjadi. Selain kekerasan atas nama ekonomi, politik dan kekerasan sosial, juga kekerasan atas nama agama. Kita tak kaget dengan serentetan kejadian kekerasan dari berbagai penyebabnya karena ini telah berulang.

Tetapi, kejadian pembakaran Kompleks Pesantren Islam Syiah, Kamis (29/12) di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, merupakan sesuatu yang perlu kita bicarakan secara khusus. Kita juga perlu mempertanyakan hal itu karena letupan merupakan sesuatu yang mengganggu ketenangan. Cemas melanda, dan siapa pun ingin menghindarinya. Lanjutkan membaca “Sunni-Syiah, Sesat dan Sindrom”

Diposkan pada Personal, ulasan buku

Gugatan Globalisasi

Judul Buku: Penjajahan Kapitalisme/Penulis: Noorena Hertz/Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung 2011/Tebal: 312 Hlm/Harga: Rp 39.000

Pada beberapa bulan terakhir ini demontrasi anti globalisasi kembali marak. Di Madrid, Spanyol, Hongkong, London, Amerika dan beberapa negara lain gugatan terhadap lembaga koorporasi internasional dan juga organisasi perdagangan dunia (WTO) menegaskan bahwa kapitalisme tetap menyisakan problem.

Benar bahwa politik kapitalisme berjaya. Tetapi, menurut Noorena Herzt, Realitas global sekarang adalah realitas di mana raksasa-raksasa perusahaan yang telah berhasil mendelegitimasikan kekuasaan negara. Sekarang ini nampak terlihat jelas, sebuah dunia di mana konsumerisme dipersamakan dengan kebijakan ekonomi, tempat berbagai kepentingan perusahaan merajalela, tempat perusahaan-perusahaan memberlakukan jargonnya hingga ke gelombang udara dan mengendalikan negara dengan kekuasaan imperial.(halaman 16) Lanjutkan membaca “Gugatan Globalisasi”

Diposkan pada Personal

Manfaat Sastra dan Peran Sastrawan

-Belajar dari personalitas Acep Zamzam Noor

Ada banyak karya sastra dari para sastrawan di negeri ini. Tetapi, perlulah kiranya sejenak menengok buku kumpulan esai berjudul Puisi dan Bulu Kuduk (Penerbit Nuansa Cendekia: Juli 2011), karya Acep Zamzam Noor (50 tahun). Ada apa?

Puisi dan Bulu kuduk perlu diamati bukan karena saat ini sedang tenar digandrungi peminat sastra di Indonesia, melainkan karena isinya yang begitu bagus. Bagus dalam hal apa? Pertama, harus diakui selama ini jarang ditemukan karya apreasiasi sastra yang berupa esai dengan bobot ilmiah sekaligus mengakar pada segmen pembaca yang umum. Bermutu yang saya maksud di sini bukan karena keilmiahan semata, melainkan karena manfaat karya tersebut bagi pembaca. Lanjutkan membaca “Manfaat Sastra dan Peran Sastrawan”

Diposkan pada umum

Modernitas, Obsesi, dan Jalan Tuhan

Manusia butuh Tuhan itu merupakan naluri. Berbagai penemuan sejarah membuktikan masyarakat primitif telah memiliki (persepsi) ketuhanan. Karen Amstrong dengan buku Sejarah Tuhan-nya, atau John C Alvies dengan buku The Genetic Gods-nya memiliki argumentasi yang sangat kuat untuk membuktikan bahwa ide tentang Tuhan bukanlah tradisi, melainkan muncul dari naluri (bawah sadar) manusia.

Antara naluri dengan kebiasaan (tradisi) memang bukan sesuatu yang terpisah. Sudah lazim naluri membentuk tradisi, demikian pula sebaliknya. Ide tentang Tuhan menjadi sesuatu yang naluriah karena manusia selalu memiliki obsesi sesuatu yang indah, romantis, herois, dan segala hal yang imajiner.

Abstraksi semacam itulah yang menjadikan “posisi” Tuhan kokoh dalam batin manusia sepanjang zaman. Itulah mengapa hampir semua agama selalu punya mitos berupa kisah-kisah penciptaan asal-usul individu, suku bangsa, ras, penciptaan alam semesta, dan (prediksi) arah hidup yang lebih jauh (akhirat). Itu semua untuk obsesi manusia. Lanjutkan membaca “Modernitas, Obsesi, dan Jalan Tuhan”

Diposkan pada Personal, umum

Nasionalisme dan Ancaman Islam Radikal

Radikalisasi dalam agama muncul di tengah panggung politik global. Indonesia dalam arus demokratisasi memiliki problem yang berat menghadapi masalah ini.

Apa yang tidak pernah kita pahami semenjak sepuluh tahun belakangan ini ternyata kini menjadi masalah yang gawat. Teror bom dari gerakan Islam radikal sudah bukan sesuatu yang misterius mengingat fakta-fakta sudah banyak ditemukan. Perilaku ekstrimisme dalam beragama di berbagai organisasi, perkumpulan dan acara-acara keagamaan juga semakin menampakkan wajah Islam yang berbeda. Sebagaimana spesies yang berketurunan, radikalisme politik Islam itu bisa dilacak akarnya dari organisasi Darul Islam (DI) dengan praktis pergerakannya yang ditopang oleh lini militernya Tentara Islam Indonesia (TII). Lanjutkan membaca “Nasionalisme dan Ancaman Islam Radikal”

Diposkan pada Personal, umum

Enuma Elish dan Rekam Jejak Ketuhanan

KESADARAN manusia untuk bertuhan memiliki alasan logis sebagai naluri insting­tif dari bawah sadar manusia. Alasan ini bi­sa diterima manakala kita sedikit merela­kan waktu untuk menengok jauh ke za­man purba di mana nenek moyang kita me­miliki rasionalitas instingtif terhadap Tuhan.

Hal yang menarik, kesadaran manusia atas Tuhan tidak dimulai dari paham akan politeisme (kepercayaan terhadap banyak Tuhan), melainkan dimulai dari kesadaran monoteisme (kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa). Sekitar 60.000 tahun silam (seiring ditemukan komunikasi bahasa lisan pertama) di daratan Afrika bagian selatan, orang-orang suku di sana telah mengenal Yang Esa bertengger “di puncak”. Langit dijadikan simbol tempat bersemayam Yang Esa.  Mereka memercayai ke­hidupannya diawasi oleh Yang Esa. Seperti apa Yang Esa? Tak jelas bentuknya. Tak bisa digambarkan, sulit diekspresikan, tak juga membutuhkan sajian khusus sesembahan. Bagi orang-orang suku, Yang Esa hanyalah pengawas, yang selalu menilai baik dan buruk perilaku manusia. Keba­nyak­an manusia melakukan kebaikan se­sa­ma makhluk hidup dan alam, Yang Esa akan selalu memberikan kebaikan berlipat. Lanjutkan membaca “Enuma Elish dan Rekam Jejak Ketuhanan”

Diposkan pada umum

Akar Moderat Islam Jawa

JAWA sebagai ideologi, atau sistem kepercayaan atau katakanlah Jawa­is­me memang sudah punah, te­tapi Jawa sebagai adat istiadat tetap bertahan kuat. Tak pernah runtuh oleh desakan Islam, Kris­ten atau moder­nisasi.

Mayoritas penduduk Jawa hidup dalam kultur pedesaan de­ngan ekonomi pertanian yang tak maju. Islam yang dipeluk masyarakat Jawa di basis pe­dalaman memainkan peranan yang menentukan corak kebudayaan. Hal ini karena jumlahnya yang begitu banyak. Orang-orang Jawa butuh ajaran agama karena tuntutan untuk menjawab berbagai persoalan hidup. Kalaupun sebagian dari mereka kurang mementingkan agama formal, orang Jawa butuh “agama” dalam pengertian aliran kebatinan. Lanjutkan membaca “Akar Moderat Islam Jawa”

Diposkan pada Personal, umum

Agamawan Versus Penguasa

Statemen Kebohongan Publik terhadap Pemerintah beberapa waktu lalu cukup menarik perhatian masyarakat. Kalau sebelumnya kritik-kritik pedas, bahkan makian terhadap pemerintah ditanggapi adem-ayem, kritik agamawan itu justru mampu membuat gerah penguasa. Istilah “Kebohongan Publik”, yang kemudian berubah menjadi slogan “pemerintah bohong”- paling tidak menegaskan peranan agamawan di Indonesia masih punya taji. Ya, bukan tajamnya kata bohong, melainkan independensi merekalah yang membuat kata itu menjadi mantra untuk memperlihatkan apa yang sesungguhnya terjadi di republik ini; republik yang melarat dan sengsara tetapi pemerintahnya kehilangan kepekaan.

Apa yang dilakukan para agamawan dengan sikapnya tersebut sudah benar. Kebutuhan rakyat untuk menyampaikan kesengsaraan hidupnnya bisa tersalurkan oleh pemimpinnya. Di sini, agamawan patut mendapat dorongan agar selain terus menjaga independensinya, juga terus menyuarakan fakta buruk yang terjadi di lapangan. Negara ini bukan milik politisi, bukan pula hak murni pemenang pemilu. Lanjutkan membaca “Agamawan Versus Penguasa”

Diposkan pada umum

Mengapa Kita Malas Bertani?

Liputan harian Sinar Harapan beberapa waktu lalu tentang sepinya peminat jurusan pertanian, menarik diulas lebih lanjut. Dari tulisan tersebut diungkap rendahnya minat calon mahasiswa yang mengambil jurusan pertanian. Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar, dalam liputan itu, mengatakan sepinya minat ini disebabkan dunia pertanian tidak memiliki gengsi dan masyarakat lebih tertarik pada bidang nonpertanian di kota besar. Hermanto kemudian menawarkan solusi untuk sosialisasi ke daerah guna meyakinkan bidang pertanian memiliki prospek bagus. Di sini, pertanyaan yang patut diajukan; apakah benar “kesalahan persepsi” itu yang menjadi masalah utama? Sudahkah pandangan tersebut diuji secara sahih untuk kemudian kita ketahui esensi di balik munculnya salah persepsi sehingga kita punya solusi yang tepat untuk me­ngatasinya? Lanjutkan membaca “Mengapa Kita Malas Bertani?”

Diposkan pada Personal, umum

Peran Kiai Sebagai Budayawan

(Belajar dari budayawan desa K.H Ahmad Muhamad Tegalrejo Magelang)
Kebudayaan tumbuh-berkembang ditentukan oleh gerak dua hal utama, yakni corak produksi ekonomi dan aktor yang bermain di wilayahnya. Pada masyarakat yang masih kuat corak komunalismenya, kumpulan individu (pelaku budaya) itu geraknya tidak lepas dari peran dominan pemimpin yang menggerakkan, memotivasi dan memiliki inisiatif bergerak kreatif. Tulisan ini akan mengajak Anda untuk menengok peranan seorang Budayawan yang memiliki kepemimpinan karismatik sekaligus organik pada bidang kebudayaan. Kiprahnya selama ini diabaikan oleh media massa sementara pengabdiannya untuk kebudayaan sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun dan pengaruhnya sangat kuat di kawasan Kabupaten Magelang, Temanggung, Purworejo, Boyolali, Kebumen, Salatiga dan kabupaten sekitarnya lainnya. Lanjutkan membaca “Peran Kiai Sebagai Budayawan”

Diposkan pada Personal, Tips Menulis, umum

Menulis Panjang?

Membaca judul itu, sejenak jari saya berhenti untuk memberikan kesempatan impuls pada otak saya untuk bekerja. Kira-kira setengah menit kemudian, pikiran saya menerawang ke masa silam, saat dulu (kira-kira pada usia 16 tahunan) saya sering punya keinginan kuat bisa menulis panjang dan mengungkapkan banyak uneg-uneg (bukan ide, gagasan, atau pemikiran. Maklum karena tujuan menulis kala itu belum untuk tujuan publikasi). Sayangnya keinginan itu seringkali terbentur oleh ketidakberdayaan yang entah disebabkan karena apa.

Teringat betul,  kala umur enam-belasan tahun itu saya berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan menulis setiap hari, atau minimal dalam seminggu menyempatkan menulis buku harian. Saya selalu berusaha untuk itu, tetapi? Oh. Selalu saja sulit, bahkan hanya untuk mengisi satu lembar halaman diary pun saya harus dibuat bingung setengah mati (untung belum mati). Karena terikat janji, sampai akhirnya saya harus meluangkan waktu khusus memisahkan diri dari orang lain berasyik-masyuk di masjid atau kamar sendirian dengan buku harian. Lanjutkan membaca “Menulis Panjang?”

Diposkan pada Personal, umum

Menulis K.H Khudlori Magelang?

Suatu malam di hari ketiga Idul Fitri 2010. Tepat magrib saya datang untuk bertemu Ibu dari Alm Bapak asuh saya, Kiai Abduljabar Aly. Lebih 9 tahun saya tidak memasuki rumahnya. Situasi tidak banyak berubah. Tetapi yang sangat berubah adalah karena saya tidak bisa bertemu dengan K.H Abdul Jabar Aly (alm), orangtua asuh yang  sangat berjasa Lanjutkan membaca “Menulis K.H Khudlori Magelang?”

Diposkan pada Personal, umum

Abrahami: Tiga Jalan Satu Tujuan

ADA elemen yang sama dan ada elemen berbeda dalam ajaran adalah sesuatu yang sifatnya masuk akal. Rasionalitasnya bersandar pada fakta sosiologis-antropologis yang secara natural (sunnatullah) selalu menyajikan fakta; tidak ada gagasan, pemikiran, ideologi atau ajaran yang bisa diterapkan secara mutlak. Sesungguhnya Lanjutkan membaca “Abrahami: Tiga Jalan Satu Tujuan”

Diposkan pada Personal, umum

(Shastri) Di Kaki Merapi

Akhirnya kesempatan pergi dari kampung halaman pun terpenuhi. Niatnya  sekolah di pesantren Pabelan, yang pengelola pesantren itu masih kerabat dekat dengan Bapaknya. Tetapi karena bapaknya tidak mengijinkan sekolah, ia terpaksa harus masuk pesantren tradisional. Mula-mula masuk pesantren Diponegoro, Tegalrejo Magelang. Tetapi hanya sebulan karena tidak kerasan. Terlalu ramai dan tidak nyaman untuk membaca. Lalu pindah ke pesantren di dusun Kapas Kuning, sekitar 14 Kilometer dari Gunung Merapi. Hari-harinya sebagai santri pun dimulai, Lanjutkan membaca “(Shastri) Di Kaki Merapi”

Diposkan pada Personal, umum

(Shastri) Sepanjang Jalan Daendels

-Sebuah catatan perjalanan Semarang-Rembang waktu lalu.

Bus yang ditumpangi sudah masuk kota Demak. Tak lama lagi ia akan melewati kota bersejarah yang sangat luas dikenal orang sebagai bekas kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Saat bus yang yang ditumpanginya melewati alun-alun Kabupaten Demak, tak henti-hentinya matanya melotot bangunan masjid itu. Dulu ia sering diajak Bapaknya berziarah di kuburan Raja Jawa pertama, Jimbun yang makamnya berada persis di Belakang Masjid. Orang-orang pesantren yang gemar berziarah menganggapnya sebagai salahsatu ulama terhormat. Itu saja yang diketahui Lanjutkan membaca “(Shastri) Sepanjang Jalan Daendels”

Diposkan pada Personal, Tips Menulis, umum

Perjalanan inspiratif Penulis

-Sebuah tafsir

Setiap kali menjalani perjalanan jauh, entah naik bus, mobil pribadi, kereta api atau pesawat terbang kita selalu mendapatkan situasi lain, yang khas. Dan situasi itu biasanya terjadi manakala kita melakukan perjalanan sendiri. Saat-saat perjalanan seperti itulah sebenarnya momen-momen kecerdasan seseorang tumbuh berkembang, disemai oleh kenyataan alam yang cepat berubah. Alam yang Lanjutkan membaca “Perjalanan inspiratif Penulis”

Diposkan pada Personal, Tips Menulis

Pentingkah Sastra untuk Penulis?

Apakah Anda masih berpikir jenis sastra jenis fiksi seperti novel, cerpen, cerita bersambung atau puisi adalah karya yang tidak menarik dan tidak penting? Itu adalah hak masing-masing. Namun sebagai penulis kita harus menyadari, bagaimanapun bidang yang kita tulis; ilmiah atau fiksi, tetaplah membutuhkan nilai sastra. Mengapa? Karena dunia tulis-menulis tidak terpisah dari bahasa, dan karena itu pula sastra menjadi bagian terpenting bagi para penulis. Lanjutkan membaca “Pentingkah Sastra untuk Penulis?”

Diposkan pada Tips Menulis

Penulis: Bebas Berpandangan

Sebagai penulis, Anda bebas berpikir salah-satu atau kombinasi di antara pandangan-pandangan di bawah ini:

-Bagiku menulis adalah berkarya individual dan siapapun tidak kuijinkan mengubah apalagi mengatur proses dan hasil karyaku. Karena itu aku tak mengijinkan editing.

-Bagiku menulis adalah berkarya terampil untuk menyampaikan pesan secara baik dan tepat kepada masyarakat. Sebaik apapun tulisanku, aku sadar pasti butuh kontrol dari pihak lain. Dengan tidak mensakralkan ketrampilanku itulah aku berserah untuk diproses secara baik melalui editing. Aku memiliki pandangan, 70 persen karya murniku, 30 persen Lanjutkan membaca “Penulis: Bebas Berpandangan”